Powered By Blogger

Selasa, 23 November 2010

sejarah raja-raja kerajaan siak


Kerajaan Siak Sri Indrapura berdiri tahun 1723-1946 M yang didirikan oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah, putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dan isterinya Encik Pong. Dengan Pusat Kerajaan di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat disitu. Selama lebih dari 20 tahun pemerintahan di Buantan Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah yang dipertuan Raja Kecil, telah menempatkan dasar dari sebuah kerajaan yang kelak akan berkembang dibawah pemerintahan keturunannya. Hubungan perdagangan diatur dengan baik sehingga negeri yang baru berkembang itu berkembang dengan cepat dan dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Pesisir Timur Sumatera. Sultan mangkat pada tahun 1746M dan diberi gelar Mahrum Buantan.

Disamping itu, Sultan ini menjadikan Agama Islam sebagai agama kerajaan yang bermazhab Syafei, seluruh adat diatur menurut hukum Syarak. Sultan ini mempunyai tiga orang putera, yaitu Tengku Alam bergelar Yang di Pertuan Muda, Tengku Tengah (meninggal sebelum dewasa) dan Tengku Buang Asmara Bergelar Tengku Mahkota. Diakhir hayatnya, meletus perang saudara yang mana kedua puteranya berselisih faham. Hal ini menyebabkan Tengku Alam yang dipertuan Muda, akhirnya meninggalkan Buantan. Sultan ini mangkat pada tahun 1746M dan deberi gelar Mahrum Buantan. Pemerintahan Kerajaan Siak dilanjutkan oleh Tengku Buang Asmara, Tengku Mahkota dengan gelar Abdul Jalil Muzaffar Syah (1746-1765M). Sekitar tahun 1750M, Sultan memindahkan ibukota ke hulu negeri Buantan pada sebuah tempat bernama Mempura yang terletak pada sebuah anak sungai yang bernama Sungai Mempura Besar. Setelah beliau memerintah selama kurang lebih 19 tahun dan setelah Kerajaan Siak kukuh, pada tahun 1765 beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mempura Besar. 

Pada masa Sultan ke IX Pemerintahan Kerajaan Siak dipimpin oleh Said Ismail dengan gelar Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1827-1864). Beliau adalah menantu dari Sultan Said Ali. Pada masa beliau pusat Kerajaan dipindahkan ke Kota Siak Sri Indrapura dan ditandatanganinya "Traktat Siak" dengan Hindia Belanda yang berisi bahwa Kerajaan Siak takluk kepada Belanda. Beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Indrapura.Selanjutnya Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I (1864-1889M) yang memerintah di Kerajaan Siak. Pada masa beliau, Mahkota Kerajaan Siak dibuat, sehingga pada saat beliau wafat dianugrahi gelar Marhum Mahkota. Pada masa Sultan ke XI yaitu Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889-1908 M, maka dibangunlah Istana yang megah nan indah yang terletak di Kota Siak dan Istana ini diberi nama Istana Asserayyah Al Hasyimiah yang dibangunpada tahun 1889 M. Pembuatan Istana ditukangi oleh seorang arsitektur Jerman yang bernama Vande Morte. Beliau juga mendirikan Balai Kerapatan Tinggi ataupun Balairung Sri yang dijadikan ruang kerja Sultan, Aparatur Pemerintahan serta tempat Penobatan dan Mahkamah pengadilan. Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin Mangkat pada tahun 1908 di Singapura dan jenazahnya dibawa ke Siak yang kemudian dimakamkan di komplek Pemakaman Koto Tinggi.Pada masa Pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi, dan dimasa inilalah beliau berkesempatan melawat ke EROPA yaitu Jerman dan Belanda. Setelahwafat, beliau digantikan oleh puteranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan ke -12 dengan gelar Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir dekenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani ( Sultan Syarif Kasim II ) Bersamaan di proklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, Beliaupun mengibarkan Bendera Merah Putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa untuk menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan uang sebesar Sepulih Ribu Gulden.Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai Pekanbaru pada tahun 1968. Beliau ini meninggalkan keturunan baik permaisuri Pertama Tengku Agung maupun permaisuri Kedua Tengku Maharatu.

Berikut ini urutan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak :
1. Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah Almarhum Buantan (1723 - 1744)
2. Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaladdin Syah (1744-1760)
3. Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1760 - 1761)
4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1761-1766)
5. Sultan Mohamad Ali Abdul Jalil Mu’azam Syah (1766 - 1779)
6. Sultan Ismail Abdul Jalil Rakhmat Syah (1779 - 1781)
7. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzafar Syah (1782 - 1784)
8. Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin (1784 - 1811)
9. Sultan Assyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kholiluddin (1811-1827)
10. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin (1827 - 1864)
11. Sultan Assyaidis Syarif Kasim I Abdul Jalil Syaifuddin (1864 - 1889)
12. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889 - 1908)
13. Sultan Assyaidis Syarif Kasim II Abdul Jalil Syaifuddin (1908 - 1946).

Struktur Pemerintahan

Sultan merupakan pemegang pucuk pemerintahan. Ia didampingi oleh Dewan Kerajaan. Dewan kerajaan terdiri dari Orang-orang Besar Kerajaan yang berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan dan penasihat utama Sultan. Orang-Orang Besar itu adalah:
1. Datuk Lima Puluh dengan gelar Sri Bejuangsa.
2. Datuk Tanah Datar dengan gelar Sri Pekerma Raja.
3. Datuk Pesisir dengan gelar Maharaja Ketuangsa.
4. Datuk Laksamana Raja Di Laut.

Di samping itu, ada pula pembesar-pembesar kerajaan yang bertugas membantu Sultan, anggotanya terdiri dari:
* Panglima Perang.
* Datuk Hamba Raja.
* Datuk Bintara Kiri.
* Datuk Bintara Kanan.
* Datuk Bendahara.

Pemerintahan di daerah-daerah dipegang oleh Kepala Suku yang bergelar Penghulu, Orang Kaya dan Batin. Jabatan Penghulu, Orang Kaya dan Batin berada pada tingkat yang sama. Penghulu tidak mempunyai hutan tanah, ia dibantu oleh:
1. Sangko Penghulu, yakni wakil Penghulu.
2. Malim Penghulu, yakni pembantu urusan kepercayaan/agama.
3. Lelo Penghulu, yakni pembantu urusan adat dan sekaligus berfungsi sebagai Hulubalang.

Batin dan Orang Kaya adalah orang yang mengepalai suku asli. Jabatan ini didapat turun temurun. Batin mempunyai hutan tanah (ulayat) dan dibantu oleh:
1. Tongkat, pembantu Batin dalam urusan yang menyangkut kewajiban-kewajiban terhadap Sultan.
2. Monti, pembantu Batin urusan adat.
3. Antan-antan, pembantu Batin yang sewaktu-waktu dapat mewakili Tongkat atau Monti kalau keduanya berhalangan.

Pada masa pemerintahan Raja Kecil, terdapat beberapa perbatinan di sepanjang aliran Sungai Siak, yaitu:
1. Perbatinan Gasib.
2. Perbatinan Senapelan.
3. Perbatinan Sejaleh.
4. Perbatinan Perawang.

Perbatinan sebelah selatan kuala Sungai Siak sebagai berikut:
1. Perbatinan Sakai.
2. Perbatinan Petalangan.

Perbatinan di pulau-pulau sebagai berikut:
1. Perbatinan Tebing Tinggi.
2. Perbatinan Senggoro.
3. Perbatinan Merbau.
4. Perbatinan Rangsang.

Daerah asli yang kepala sukunya disebut penghulu ialah:
* Siak Kecil.
* Siak Besar.
* Betung.
* Rempah.

sumber :
Netscher, E. Belanda di Johor dan Siak: 1602-1865. Pemda Tk. II Siak dan Yayasan Arkeologi dan Sejarah  “Bina Pusaka”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar